Blackberry selama ini dikenal sebagai ponsel premium dengan harga yang menguras kantong. Memiliki Blackberry, berarti memiliki eksklusivitas yang tak didapat oleh ponsel lainnya. Ini adalah kelebihan, sekaligus kelemahan Blackberry. Blackberry pun menyadari hal ini, dan menciptakan serangkaian trik untuk menguasai pangsa pasar low-end.
BB Curve dikenal sebagai upaya Blackberry dalam mempenetrasi segmen pasar low-end, utamanya untuk menjaga pasar Indonesia dari serangan Nokia, iPhone dan Android di masanya. Upaya ini cukup berhasil, terutama dengan banyaknya pengguna BB seri Curve, dengan nomor kode 93 di depannya.
Tren positif ini kemudian coba diteruskan dengan merilis Blackberry Curve 9380. Di eranya, ponsel ini merupakan satu dari sedikit ponsel full touchscreen, terutama dari pabrikan Blackberry, yang terkenal dengan keyboard QWERTY. Blackberry Curve 9380, yang dikenal juga dengan Blackberry Orlando, mengambil inspirasi dari model Monza dan BB Monaco. Perbedaan terlihat pada tombol navigasi yang didesain rata dengan layar.
Layaknya seri Apollo, Orlando pun telah ditanamkan OS seri 7. Dengan kualitas layar yang mumpuni untuk menampilkan ikon yang lebih colorful, menjadikan penggunanya betah berlama-lama di depan ponsel. Terbukti bila digunakan di dalam atau di luar ruang, keduanya sangat nyaman dilihat. Meski layarnya dibuat lebih kecil dari milik Monza/Monaco, namun konsumsi dayanya lebih hemat.
Meski termasuk dalam kelas Curve, Orlando memberikan kesegaran yang beda dengan varian lainnya. Karena selain tanpa qwerty, Orlando juga menggunakan tofull uchscreen sebagai alat inputnya. Dari segi harga pun BB Orlando masih lebih oke daripada seri Monza dan Monaco, karena sudah dilengkapi dengan koneksi NFC. Meski demikian, kamera yang dimilikinya belum dilengkapi dengan lampu LED flash. Selain itu, prosesor yang digunakannya juga cukup mengakomodasi BlackBerry OS 7 yang dimilikinya.